Tragedi Ambruknya Majelis Taklim di Ciomas: 174 Korban dan Upaya Penanganan

 

Tragedi Ambruknya Majelis Taklim di Ciomas: 174 Korban dan Upaya Penanganan

Jumlah Korban Terus Bertambah

Peristiwa ambruknya bangunan majelis taklim di Ciomas, Kabupaten Bogor, masih menyisakan duka mendalam. Data terbaru dari BPBD Kabupaten Bogor mencatat total korban mencapai 174 orang. Dari jumlah tersebut, 83 orang telah diperbolehkan pulang setelah mendapatkan penanganan medis.

Sementara itu, masih terdapat 41 orang yang harus menjalani perawatan intensif di berbagai fasilitas kesehatan. Kondisi sebagian korban cukup serius, bahkan dua orang di antaranya harus dirujuk ke RSCM Jakarta untuk penanganan lebih lanjut. Mereka sebelumnya mendapatkan perawatan awal di RSUD Kota Bogor.

Tragisnya, peristiwa ini juga menelan korban jiwa sebanyak empat orang. Pihak BPBD menegaskan proses pendataan masih terus dilakukan. Aparat bersama tenaga kesehatan fokus pada penanganan korban, termasuk trauma healing bagi keluarga yang terdampak langsung.

Kronologi Kejadian Saat Peringatan Maulid Nabi

Insiden nahas tersebut terjadi saat berlangsungnya peringatan Maulid Nabi di majelis taklim yang dihadiri khusus oleh jemaah perempuan. Acara dipimpin oleh istri pimpinan majelis, Mariyatul Kibtiyah, yang berada di barisan depan ketika bangunan mulai runtuh.

Mariyatul mengisahkan bahwa kegiatan baru saja selesai melantunkan syair pujian dan doa. Seharusnya dilanjutkan dengan tausiah, namun runtuhnya bangunan mendahului jalannya acara. Peralihan suasana dari khidmat menjadi panik seketika tak bisa dihindari.

Kesaksian menyebut bangunan tidak menunjukkan tanda-tanda mencurigakan sebelumnya. Suara runtuhan terdengar tiba-tiba, meski proses ambruknya tidak terjadi secara cepat. Kondisi itu membuat sebagian jemaah terjebak dan tertimpa material bangunan.

Reaksi dan Evakuasi di Lapangan

Begitu bangunan mulai roboh, teriakan panik menggema di dalam majelis. Mariyatul yang memimpin acara berusaha menyelamatkan diri dengan melompat ke arah jendela. Beberapa jemaah yang berada di dekat pintu keluar juga berusaha menyelamatkan diri meski sebagian tertimpa puing.

Suasana mencekam itu segera menarik perhatian warga sekitar. Mereka bergegas datang dan membantu proses evakuasi sebelum petugas resmi tiba di lokasi. Tindakan cepat masyarakat memberikan kontribusi besar dalam mengevakuasi korban yang terjebak di reruntuhan.

Tak berselang lama, tim gabungan dari BPBD, kepolisian, TNI, serta relawan diterjunkan untuk mempercepat penanganan. Korban dievakuasi ke rumah sakit terdekat sesuai tingkat keparahan cedera. Penanganan darurat berfokus pada penyelamatan nyawa dan stabilisasi kondisi para korban.

Dampak Psikologis dan Tindak Lanjut

Selain kerugian fisik dan korban jiwa, peristiwa ini meninggalkan trauma mendalam bagi jemaah yang selamat. Rasa cemas dan ketakutan muncul karena kejadian berlangsung tanpa tanda peringatan. Beberapa korban selamat masih sulit menceritakan pengalaman traumatis yang dialami.

Pemerintah daerah bersama BPBD menyiapkan program pemulihan pascakejadian, termasuk pendampingan psikososial. Keluarga korban diberikan dukungan moril sekaligus bantuan logistik. Pendekatan ini diharapkan mampu mengurangi beban mental masyarakat yang terdampak.

Di sisi lain, evaluasi teknis terhadap kondisi bangunan keagamaan juga menjadi perhatian serius. Pemerintah setempat menekankan pentingnya pengawasan konstruksi agar insiden serupa tidak kembali terulang. Hal ini mencakup standar bangunan publik yang wajib memenuhi kriteria keamanan.

Lebih baru Lebih lama

ads

Berita Amanah dan Terpeercaya

ads

Berita Amanah dan Terpeercaya
Berita Amanah dan Terpeercaya

نموذج الاتصال