Regulatory Reform: Home Advantage Based on League Standing
Babak 16 Besar & Perempat Final: Posisi 1–4 Mendominasi
UEFA mengumumkan bahwa hanya tim yang menempati peringkat 1 sampai 4 di fase liga yang mendapat hak sebagai tuan rumah di leg kedua fase gugur. Ini berlaku untuk babak 16 besar dan perempat final, selama tim tersebut lolos ke fase tersebut. Jika tim berada di peringkat 5 ke bawah, mereka tidak akan mendapat keuntungan ini.
Keputusan ini menghapus sistem undian acak yang sebelumnya berlaku. Pada sistem lama, klub bisa saja bermain tandang di leg kedua meskipun punya performa lebih baik dari lawannya. Kini, urutan klasemen menjadi kunci penentu posisi main di kandang.
Langkah ini bertujuan agar klub termotivasi menjaga performa tinggi sejak awal fase liga. Artinya, bukan hanya sekadar lolos, tetapi bagaimana klub mengakhiri posisi grup yang akan berdampak besar pada jalannya fase gugur.
Peringkat 3–4 Belum Aman di Semifinal
Meski peringkat 3–4 mendapatkan hak home advantage di babak 16 besar dan perempat final, hak tersebut tidak otomatis berlaku di semifinal. UEFA menetapkan bahwa hanya tim peringkat 1–2 atau yang menyingkirkan mereka yang berhak mendapat leg kedua kandang di semifinal.
Dengan ketentuan ini, peluang tim peringkat 3–4 untuk main kandang di semifinal sangat kecil. Sebab, besar kemungkinan mereka akan menghadapi tim peringkat 1–2 atau yang sudah mengalahkan tim 1–2. Regulasi ini memicu ketimpangan antara penghargaan dan posisi yang diperoleh.
Bagi tim-tim kuat yang berada di luar dua besar, kondisi ini bisa menjadi tekanan tambahan. Mereka terpaksa memainkan laga penentuan di kandang lawan, meskipun tampil bagus sepanjang turnamen. Ini dinilai kontradiktif oleh sebagian pelatih dan analis sepak bola.
Respons Terhadap Kritik Format Swiss & Undian Acak
Contoh Kasus: Arsenal, Barcelona & PSG
Pada musim sebelumnya, beberapa tim unggulan seperti Arsenal dan Barcelona mengeluhkan sistem undian acak. Arsenal, yang finis peringkat 3, harus memainkan semifinal di kandang PSG yang finis ke-15. Hasil akhirnya, Arsenal tersingkir.
Contoh seperti ini menunjukkan bahwa sistem lama tidak mencerminkan performa tim selama fase grup. Tim yang tampil konsisten malah mendapat kerugian hanya karena undian. Itulah alasan utama UEFA akhirnya mengubah regulasi ini.
Protes yang datang tidak hanya dari pelatih dan pemain, tetapi juga dari fans dan media. Tekanan publik cukup kuat sehingga UEFA terpaksa melakukan evaluasi cepat untuk menjaga kredibilitas kompetisi.
Impak bagi Strategi Klub & Dinamika Kompetisi
Motivasi vs Ketidakadilan: Fase Liga Makin Krusial
Dengan regulasi baru ini, klub-klub kini memiliki insentif yang lebih besar untuk berjuang di fase liga. Tidak cukup hanya lolos ke babak gugur, mereka harus mengejar posisi empat besar, bahkan dua besar, demi keuntungan di fase lanjutan.
Namun, ini juga menimbulkan potensi ketidakadilan. Klub peringkat 3–4 bisa kehilangan hak main kandang hanya karena berhadapan dengan tim yang menyingkirkan tim peringkat 1–2. Sistem ini dianggap lebih kompleks dan bisa menimbulkan kebingungan di kalangan fans biasa.
Di sisi lain, UEFA mengklaim bahwa sistem ini akan meningkatkan kualitas kompetisi sejak awal. Klub-klub tidak bisa lagi bersantai dan mengandalkan undian untuk keuntungan kandang di babak penting.
Formalitas & Skala Penerapan UEFA
Jadwal & Eksekusi UEFA
Perubahan aturan ini telah disetujui dalam rapat Komite Kompetisi Klub UEFA. Pengesahan resminya akan dilakukan sebelum 28 Agustus 2025, bersamaan dengan pengundian fase grup UCL musim 2025/2026. Hal ini memberi cukup waktu bagi klub untuk menyesuaikan strategi sejak awal.
UEFA menyatakan bahwa peraturan ini juga akan berlaku di Liga Europa, Liga Konferensi, dan Liga Champions Wanita. Ini menandakan langkah konsisten UEFA dalam menyelaraskan semua kompetisinya dengan prinsip performa dan posisi klasemen.
Dengan skala penerapan yang luas, UEFA berharap tidak ada lagi ketidakpastian yang disebabkan oleh undian murni. Performa di lapangan benar-benar menjadi satu-satunya tolok ukur.

