Pemerintah Kota Bogor mulai memperketat pengawasan terhadap peredaran hewan kurban di wilayahnya. Langkah ini diambil untuk memastikan kesehatan hewan dan mencegah masuknya penyakit menular. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian mengerahkan tim dokter hewan ke lapak penjualan.
Tim pemeriksa fokus mendeteksi gejala penyakit seperti antraks dan LSD pada sapi atau kambing. Penjual wajib menyediakan dokumen surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari daerah asalnya. Hewan yang tak memiliki dokumen itu tidak diizinkan dijual di wilayah Kota Bogor.
Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menegaskan pemeriksaan wajib dilakukan, terutama pada hewan dari luar daerah. Ia menyoroti ancaman cacing hati, antraks, dan penyakit kuku dan mulut yang bisa menular. Oleh sebab itu, pos pemantauan dan dokter hewan disiagakan selama operasional pasar hewan berlangsung.
Petugas Gabungan Sisir Lapak Hewan untuk Cegah Penyakit Menular Masuk Kota Bogor
Dinas setempat bersinergi dengan dinas lain serta aparat keamanan untuk mengawasi setiap titik penjualan. Langkah antisipasi ini juga bertujuan mencegah penyebaran penyakit hewan ke daerah sekitar. Pengawasan dilakukan sejak hewan tiba di lokasi hingga proses penyembelihan berlangsung.
Setiap lapak wajib memenuhi standar kebersihan dan memiliki kandang layak bagi hewan kurban. Pedagang diimbau tidak menerima hewan dari daerah endemis penyakit menular berbahaya. Bila ditemukan hewan sakit, petugas langsung melarang transaksi dan melakukan karantina.
Dedie menyatakan bahwa pemeriksaan akan dilakukan secara berkala selama bursa hewan kurban berlangsung. Tujuannya agar hewan yang dijual tetap aman dan layak konsumsi bagi masyarakat Kota Bogor. Hal ini juga sebagai upaya menjaga kepercayaan pembeli terhadap kualitas hewan kurban lokal.
Dinas Kota Gandeng Dokter Hewan dan Penyuluh untuk Edukasi Penjual dan Pembeli
Selain pengawasan, Pemkot Bogor juga intensifkan penyuluhan tentang hewan kurban yang sehat. Dokter hewan dan penyuluh lapangan dilibatkan langsung menyampaikan informasi kepada pedagang serta pembeli. Mereka menjelaskan ciri-ciri fisik hewan yang sehat dan layak untuk dikurbankan.
Edukasi mencakup cara memeriksa suhu tubuh, nafsu makan, serta kondisi fisik seperti mata dan kulit. Masyarakat diberikan panduan memilih hewan sesuai syariat dan bebas penyakit menular. Tujuannya agar pembeli bisa lebih cermat saat memilih hewan untuk berkurban.
Dengan kolaborasi ini, pemerintah berharap kurban tahun ini bebas dari insiden hewan terjangkit penyakit. Semua pihak diminta bekerja sama demi keamanan dan keberkahan dalam pelaksanaan kurban. Edukasi akan terus berlanjut hingga hari H pemotongan hewan di Idul Adha.

