Harga Emas Dunia Sentuh Rekor Tertinggi
Lonjakan harga emas global pada 2025 semakin mempertegas statusnya sebagai aset lindung nilai paling aman di tengah guncangan ekonomi global. Berdasarkan data terbaru Reuters, harga emas di pasar spot menembus angka US$ 3.851,99 per ons, mencatatkan level tertinggi sepanjang sejarah perdagangan.
Kondisi ini beriringan dengan meningkatnya permintaan emas baik untuk kebutuhan investasi, perhiasan, maupun produksi industri. Di pasar domestik, emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) ikut merespons kenaikan global. Berdasarkan catatan Logam Mulia, harga emas Antam pada Jumat (3/10/2025) menyentuh Rp 2.235.000 per gram.
Angka ini melonjak signifikan dibandingkan posisi sebulan sebelumnya yang masih berada di Rp 2.044.000 per gram. Pergerakan harga yang stabil naik turut menjadi sentimen positif bagi saham-saham emiten emas di Bursa Efek Indonesia.
Kenaikan harga emas juga menandai perubahan pola investasi masyarakat dan institusi global. Investor semakin selektif memilih instrumen dengan risiko minim di tengah gejolak geopolitik serta pelemahan ekonomi negara maju. Emas pun kembali dilirik sebagai penyimpan nilai utama, menggeser aset lain yang volatilitasnya tinggi.
Emiten Tambang Emas Tunjukkan Kinerja Agresif
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menjadi salah satu emiten yang langsung merasakan dampak positif dari reli harga emas. Pada pembukaan perdagangan Jumat, saham Antam menguat 1,61% ke posisi Rp 3.160 per lembar. Peningkatan ini memperkuat tren positif sektor pertambangan emas dalam jangka menengah.
Investor menilai fundamental perusahaan tetap solid seiring peningkatan cadangan emas nasional. Di sisi lain, saham PT Merdeka Gold Resources Tbk dengan kode EMAS mencatatkan performa impresif sejak melantai di Bursa Efek Indonesia. Saham ini naik hingga 36,90% sejak penawaran umum perdana, berawal dari Rp 3.340 per lembar dan kini berada di kisaran Rp 4.600 per lembar.
Lonjakan tersebut didukung oleh minat investor asing, tercermin dari tren net foreign buy senilai Rp 3,22 triliun sejak IPO. Keberhasilan EMAS juga dipertegas dengan tonggak sejarah operasionalnya. Perusahaan baru saja melaksanakan penambangan perdana di Tambang Emas Pani, Gorontalo.
Kegiatan ini menandai langkah awal menuju produksi skala penuh, yang diperkirakan akan mengerek pendapatan serta memperkokoh posisi perusahaan sebagai salah satu produsen emas terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Potensi Produksi Tambang Emas Pani
Tambang Emas Pani di Desa Hulawa, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, disebut sebagai proyek strategis dengan cadangan lebih dari 7 juta ounces emas. Proyek ini dirancang dengan konsep tambang terbuka dan akan dikembangkan secara bertahap untuk menjaga keberlanjutan produksi jangka panjang.
Dengan umur tambang multidekade, Pani dipandang sebagai salah satu aset emas terbesar yang dimiliki Indonesia saat ini. Pada fase awal, Merdeka Gold Resources menggunakan metode pengolahan heap leach dengan kapasitas 7 juta ton bijih per tahun.
Dari fasilitas ini, perusahaan menargetkan produksi sekitar 140.000 ounces emas per tahun mulai kuartal I 2026. Strategi ini dipandang realistis karena biaya operasional heap leach relatif efisien untuk tahap awal produksi. Rencana selanjutnya, perusahaan akan membangun fasilitas carbon-in-leach (CIL) dengan kapasitas awal 7,5 juta ton bijih per tahun.
Kapasitas ini akan diekspansi hingga 12 juta ton bijih pada 2030. Jika seluruh fasilitas beroperasi penuh, potensi produksi emas tahunan bisa mencapai 500.000 ounces. Angka tersebut menjadikan Merdeka sebagai salah satu produsen emas terbesar di Asia dengan prospek pertumbuhan berkelanjutan.
Produsen Perhiasan Emas Ikut Terdongkrak
Kenaikan harga emas global tidak hanya menguntungkan emiten tambang, tetapi juga memberi sentimen positif pada industri perhiasan emas. PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), salah satu produsen perhiasan emas terbesar di Indonesia, mencatatkan penguatan harga saham signifikan sepanjang tahun 2025.
Meskipun pada perdagangan Jumat harga turun tipis 2,09% ke Rp 935 per lembar, performa tahunan HRTA tetap impresif. Sejak awal 2025, saham HRTA melonjak 164,12%, bergerak dari Rp 312 hingga menyentuh Rp 935 per lembar. Investor menilai HRTA mampu memanfaatkan momentum kenaikan harga emas untuk meningkatkan volume penjualan serta memperluas jaringan distribusi perhiasan.
Faktor ini menjadi katalis penting bagi keberlanjutan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang. Selain itu, HRTA juga mencatat tren positif dari investor asing dengan nilai net foreign buy sebesar Rp 129,41 miliar sepanjang 2025.
Masuknya dana asing menunjukkan kepercayaan kuat terhadap prospek bisnis perhiasan emas di Indonesia. Dengan kombinasi fundamental solid dan sentimen harga emas, HRTA berpotensi mempertahankan tren penguatan hingga akhir tahun.