Latar Belakang Seruan Khamenei
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyerukan langkah tegas bagi negara-negara muslim untuk memutuskan hubungan politik dan perdagangan dengan Israel. Pernyataan ini disampaikan sebagai reaksi keras atas eskalasi kekerasan Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Ia menilai hanya dengan isolasi total, rezim Zionis dapat ditekan secara efektif. Khamenei menegaskan bahwa kejahatan Israel tidak berdiri sendiri, melainkan mendapat dukungan dari kekuatan global seperti Amerika Serikat.
Namun, ia menyatakan bahwa jalan untuk melawan tidak pernah tertutup selama solidaritas antarnegara Islam terjaga. Menurutnya, tekanan kolektif dapat menciptakan dampak nyata terhadap legitimasi Israel.
Dalam pandangannya, Israel kini berada pada posisi paling terisolasi secara moral dan politik di mata dunia. Dengan dukungan penuh dari pemerintah Iran, Khamenei menyatakan tekad untuk mendorong negara lain mengikuti langkah boikot menyeluruh. Menurutnya, diplomasi Iran akan terus menekankan agenda isolasi terhadap rezim Zionis.
Pernyataan Resmi di Teheran
Pernyataan Khamenei disampaikan dalam pertemuan bersama Presiden Masoud Pezeshkian serta anggota kabinet di Teheran. Ia memuji konsistensi pemerintah dalam menjaga posisi tegas selama konflik 12 hari dengan Israel pada Juni lalu.
Keberanian Iran dianggap menjadi teladan bagi negara lain yang menolak dominasi politik global. Ia juga menyinggung kunjungan presiden ke Tiongkok sebagai peluang baru di bidang politik dan ekonomi.
Khamenei menilai kemitraan strategis dengan Beijing dapat memperkuat posisi Iran di tengah tekanan internasional. Menurutnya, membangun poros kekuatan alternatif akan lebih bermanfaat dibanding bergantung pada negara-negara Barat.
Dalam kesempatan itu, ia kembali menekankan pentingnya kemandirian ekonomi nasional. Produksi dalam negeri disebut sebagai kunci kemajuan jangka panjang, terlepas dari dinamika eksternal. Ia menegaskan bahwa pemerintah harus menyiapkan strategi berkelanjutan agar tantangan ekonomi dapat diatasi secara mandiri.
Dampak Konflik Gaza
Serangan Israel terhadap Gaza semakin meningkat setelah adanya persetujuan militer untuk mencaplok wilayah kantong tersebut. Menurut laporan media lokal WAFA, jumlah korban tewas sejak Oktober 2023 telah mencapai puluhan ribu. Mayoritas korban berasal dari kelompok rentan, yaitu perempuan dan anak-anak.
Selain itu, ratusan ribu orang mengalami luka-luka serius, sebagian masih terjebak di bawah reruntuhan. Upaya evakuasi menghadapi hambatan besar akibat serangan udara yang berlangsung tanpa henti. Kondisi ini menimbulkan krisis kemanusiaan dengan dampak yang kian meluas.
Kondisi Gaza menjadi bukti nyata eskalasi kekerasan yang mengancam stabilitas regional. Situasi ini memunculkan gelombang kecaman dari berbagai negara dan organisasi internasional. Namun, tanpa tindakan kolektif nyata, penderitaan masyarakat Palestina diprediksi akan terus berlanjut.
Implikasi Diplomasi Iran
Khamenei menegaskan kembali bahwa diplomasi Iran akan berfokus pada upaya memutus hubungan negara lain dengan Israel. Agenda ini mencakup tekanan diplomatik, pemutusan perdagangan, serta kampanye politik untuk mengisolasi Israel di forum internasional.
Ia menilai strategi ini merupakan cara paling efektif untuk mengurangi pengaruh Zionis. Selain itu, Iran berkomitmen menjaga stabilitas dalam negeri melalui penguatan ekonomi nasional. Pemerintah didesak untuk memastikan ketersediaan barang pokok, mengendalikan inflasi, serta melindungi daya beli masyarakat.
Stabilitas ekonomi dianggap sebagai fondasi penting dalam menopang sikap politik luar negeri yang tegas. Bagi Iran, langkah boikot bukan sekadar simbolik melainkan strategi berlapis yang mencakup politik, ekonomi, dan diplomasi. Dengan menggerakkan solidaritas negara muslim, Khamenei berharap tekanan kolektif dapat menjadi jalan menuju perubahan nyata di kawasan Timur Tengah.

