Percepatan Pembangunan dan Target Penyelesaian
Pemerintah menegaskan komitmennya mempercepat pembangunan Bendungan Jragung di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Progres konstruksi saat ini telah mencapai 88 persen dan ditargetkan selesai pada September 2026 mendatang. Proyek ini menjadi salah satu infrastruktur vital dalam memperkuat ketahanan air sekaligus mendukung produktivitas sektor pertanian.
Sejak awal, Bendungan Jragung dirancang untuk menopang sistem irigasi utama yang mencakup lahan 4.053 hektare. Selain itu, tambahan potensi lahan seluas 473 hektare juga diproyeksikan akan mendapatkan manfaat dari jaringan irigasi baru. Dengan optimalisasi tersebut, manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat setempat dipastikan semakin nyata.
Pembangunan bendungan ini berada di bawah koordinasi Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana. Lokasi yang dipilih berada di hulu Sungai Jragung dengan luas daerah tangkapan 94 kilometer persegi, meliputi aliran dari Sungai Klampok dan Sungai Meranak. Pemilihan lokasi strategis ini dinilai tepat untuk menjamin ketersediaan air jangka panjang.
Dukungan Terhadap Produktivitas Pertanian
Ketersediaan air irigasi dari bendungan akan menjadi penentu utama dalam peningkatan hasil pertanian di wilayah sekitarnya. Dengan aliran yang stabil, petani diperkirakan mampu memperluas masa tanam hingga tiga kali dalam setahun. Hal ini tentu akan meningkatkan hasil panen dan mengurangi ketergantungan terhadap curah hujan musiman.
Bendungan ini tidak hanya mengandalkan volume air, tetapi juga sistem distribusi yang dirancang secara berlapis mulai dari jaringan primer hingga tersier. Rancangan teknis tersebut memastikan setiap lahan pertanian mendapatkan pasokan air secara efisien. Sistem hulu dan hilir yang saling terintegrasi menjadi kunci keberhasilan pengelolaan irigasi modern.
Selain keuntungan teknis, dampak sosial juga signifikan karena stabilitas produksi pertanian akan meningkatkan pendapatan petani. Ketahanan pangan daerah dan nasional juga akan lebih terjaga dengan adanya kepastian suplai air sepanjang tahun. Infrastruktur ini pun diposisikan sebagai tulang punggung dalam mendorong swasembada pangan.
Penyediaan Air Baku untuk Wilayah Sekitar
Selain mendukung pertanian, Bendungan Jragung juga difungsikan sebagai sumber air baku. Kapasitas yang direncanakan mencapai 1.000 liter per detik dengan distribusi ke tiga wilayah sekaligus. Kota Semarang akan memperoleh jatah 400 liter per detik, Kabupaten Grobogan 250 liter per detik, dan Kabupaten Demak 350 liter per detik.
Pembagian tersebut tidak hanya merata, tetapi juga mempertimbangkan kebutuhan spesifik masing-masing wilayah. Semarang sebagai pusat perkotaan membutuhkan pasokan lebih tinggi untuk mendukung kebutuhan industri dan domestik. Sementara itu, Grobogan dan Demak akan lebih banyak memanfaatkan suplai air untuk pertanian serta kebutuhan masyarakat sehari-hari.
Dengan sistem pengelolaan yang terintegrasi, bendungan ini akan menjadi solusi jangka panjang terhadap tantangan air bersih. Ketahanan pasokan air baku akan mengurangi risiko krisis dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Efek lanjutan juga diharapkan mendukung pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih seimbang.
Fungsi Pengendalian Banjir dan Potensi Energi Terbarukan
Fungsi lain dari Bendungan Jragung adalah sebagai pengendali banjir yang efektif. Infrastruktur ini diproyeksikan mampu mereduksi potensi banjir hingga 45 persen di wilayah sekitarnya. Dengan begitu, masyarakat yang selama ini rentan terdampak banjir akan memperoleh perlindungan lebih baik.
Selain itu, bendungan juga direncanakan menjadi sumber energi terbarukan. Potensi energi yang dapat dikembangkan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas 90 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTMH) sebesar 1,4 MW. Integrasi fungsi energi ini menambah nilai strategis bendungan dalam bauran energi nasional.
Keberadaan fungsi ganda ini memperlihatkan pendekatan multifungsi yang komprehensif. Satu infrastruktur tidak hanya memberikan manfaat pada sektor pertanian dan air baku, tetapi juga memperkuat mitigasi bencana serta mendukung transisi energi bersih. Dengan demikian, Bendungan Jragung akan menjadi model proyek yang berdampak luas bagi masyarakat.
Rangkaian Pekerjaan dan Sumber Pembiayaan
Pembangunan bendungan dimulai sejak Oktober 2020 dengan skema pembiayaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Total biaya yang dialokasikan mencapai Rp 3 triliun dan dibagi ke dalam tiga paket pekerjaan. Setiap paket dilaksanakan oleh kontraktor berbeda dengan sistem kerja sama operasional.
Paket pertama dikerjakan oleh PT Waskita Karya, sementara paket kedua dikerjakan konsorsium PT Wijaya Karya dan PT BRP. Sedangkan untuk paket ketiga, pengerjaan dipercayakan kepada PT Brantas Abipraya bersama PT Pelita Nusa Perkasa. Model pembagian ini dipilih agar pembangunan berjalan paralel dan efisien.
Keterlibatan berbagai kontraktor juga mempercepat progres sekaligus menjaga kualitas konstruksi. Dengan kerja sama lintas pihak, diharapkan target penyelesaian pada September 2026 dapat tercapai. Keseriusan pemerintah dalam mengawal proyek ini mencerminkan prioritas tinggi terhadap keberlanjutan infrastruktur nasional.

