Pameran 100 Tahun Batik Oey Soe Tjoen Melestarikan Jalur Waktu Lewat Kain

 

Pameran 100 Tahun Batik Oey Soe Tjoen

Sejarah Batik OST: Kejayaan dari Pesisir Jawa

Awal Kemunculan

Batik OST pertama kali dilahirkan oleh Oey Soe Tjoen pada 1925 di Kedungwuni, Pekalongan. Motif awalnya khas buketan bunga bergaya Belanda, kemudian mengadopsi elemen Tionghoa seperti lotus, seruni, dan anggrek. 

Teknik bolak‑balik dua sisi kain dan gradasi warna rumit menjadi ciri yang menjadikan batik ini tak sekadar tekstil. Ia adalah mahakarya yang membutuhkan kesabaran ekstrem dan keahlian turun‑temurun. Penerapannya bukan untuk produksi massal, melainkan benda seni yang menuntut penghormatan.

Generasi Berikutnya

Pada 1976, batik OST dilanjutkan ke tangan Oey Kam Long dan Lie Tjien Nio, pasangan generasi kedua. Mereka mempertahankan karakter klasik namun membiarkan motif berkembang secara halus dan perlahan. 

Tidak ada pengabaian terhadap tradisi, hanya adaptasi yang penuh perhitungan. Proses membatik masih dilakukan secara manual dengan canting dan malam panas. Hasilnya adalah batik yang tetap setia pada akar, namun hidup dalam ruang waktu yang dinamis.

Era Kontemporer Generasi Ketiga

Pada 2002, estafet diteruskan ke Oey Kiem Lian (Widianti Widjaja), generasi ketiga. Widianti mempertahankan pakem tradisi, namun memperluas narasi melalui tema spiritual dan simbolis. 

Ia menciptakan tiga kain utama sebagai persembahan personal: Bunda Maria, Dewi Kuan Im, dan Ratu Kidul. Karya ini menjadi manifestasi penggabungan budaya dan kepercayaan lintas etnis. Di tangan Widianti, OST menemukan ruang baru dalam diskursus seni kontemporer.

Pameran “Keteguhan Hati Merawat Warisan”

Lokasi & Jadwal

Pameran digelar di Galeri Emiria Soenassa, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dari 25 Juli hingga 3 Agustus 2025. Tidak dipungut biaya masuk, namun pengunjung wajib melakukan registrasi sebelumnya. Konsepnya bukan hanya memamerkan koleksi, tetapi menciptakan pengalaman historis dan visual. 

Setiap lorong dan ruang menggambarkan babak dalam perjalanan batik OST. Ini bukan sekadar pameran, melainkan ruang perenungan dan edukasi budaya.

Konsep Tematik

Damiana Widowati selaku ketua pameran menyebut tema ini sebagai panggilan menjaga napas batik dari kepunahan. Pameran ini bertujuan agar batik tidak mati karena dilupakan, melainkan hidup karena dihargai. 

Elemen kuratorial dirancang untuk memperlihatkan transisi teknik dan filosofi antar generasi. Ruang pamer dibuat kronologis agar pengunjung bisa menyerap perjalanan waktu. Setiap kain menjadi representasi dari nilai, cerita, dan dedikasi.

Teknik & Filosofi Pembuatan Batik OST

Hendaknya Sabar & Teliti

OST dikenal dengan teknik pewarnaan bolak-balik dan gradasi warna tingkat tinggi. Pembuatan sehelai kain bisa memakan waktu 1 sampai 3 tahun tergantung kerumitan. Kain ini digarap satu per satu oleh tangan pengrajin senior, bukan tenaga massal. 

Dalam prosesnya terkandung nilai filosofi kesabaran, ketelitian, dan penghormatan pada alam. Inilah alasan mengapa OST tidak menjual batik sebagai produk cepat saji.

Pencapaian Global

Batik OST pernah dilelang di rumah lelang ternama dan dipamerkan di berbagai museum luar negeri. Meski tidak sepopuler motif batik lainnya secara komersial, OST lebih dihargai sebagai karya seni. Ia menjadi koleksi eksklusif para kolektor tekstil dan akademisi budaya. 

Posisinya sebagai batik legendaris diperkuat oleh dokumentasi internasional dan studi tekstil dunia. Kehadiran pameran ini menjadi pengingat akan warisan yang nyaris luput dari radar publik.

Sajian Utama Pameran

Instalasi Lintas Generasi

Pengunjung diajak menelusuri lorong waktu dari generasi pertama hingga ketiga. Visualisasi instalasi dibuat agar narasi transisi bisa dirasakan secara imersif. Setiap ruangan memuat simbol perubahan sosial, teknik, dan makna batik OST.

Ruang terakhir menyajikan karya Widianti dengan latar musik dan cahaya yang kontemplatif. Ini membuktikan bahwa batik adalah ekspresi multidimensi, bukan semata pola kain.

Centre‑piece Persembahan

Tiga kain centre‑piece karya Widianti adalah titik kulminasi dari perjalanan batik OST. Kain bertema Bunda Maria, Dewi Kuan Im, dan Ratu Kidul menjadi simbol spiritualitas, femininitas, dan keluhuran budaya. 

Ketiganya mencerminkan keberanian menggabungkan unsur lokal, religius, dan mitologi dalam satu medium. Teknik dan narasi dalam setiap motif menyuarakan kesadaran lintas kepercayaan. Inilah bentuk paling puitis dari dedikasi generasi ketiga.

Implikasi Budaya & Masa Depan

Pelestarian Budaya Langka

Batik tulis halus seperti OST kini semakin langka di tengah serbuan produksi cepat. Generasi muda perlu disadarkan bahwa warisan ini bukan milik masa lalu, tapi modal masa depan. Melalui pameran ini, pesan pelestarian disampaikan dengan cara visual, naratif, dan edukatif. 

Setiap motif menjadi buku terbuka tentang siapa kita dan dari mana kita berasal. Warisan ini adalah perlawanan senyap terhadap pelupaan budaya.

Ekosistem Kreatif

Pameran ini bukan akhir, melainkan awal terbentuknya ekosistem seni tekstil yang lebih kuat. Kolaborasi antara perajin, kurator, akademisi, dan masyarakat jadi modal penting untuk pelestarian. Warisan seperti OST harus mendapat tempat dalam narasi nasional maupun internasional. 

Tidak cukup hanya dipajang, tapi juga harus diceritakan dan dihidupkan. Batik adalah warisan hidup, bukan sekadar benda mati dalam bingkai.

Lebih baru Lebih lama

ads

Berita Amanah dan Terpeercaya

ads

Berita Amanah dan Terpeercaya
Berita Amanah dan Terpeercaya

نموذج الاتصال