Konteks Konflik yang Tak Kunjung Usai
Konflik bersenjata antara Israel dan kelompok Hamas di Jalur Gaza telah berlangsung selama berbulan-bulan, dengan ribuan korban sipil berjatuhan.
Pada Selasa (18/6), insiden tragis kembali terjadi. Sedikitnya 21 warga Palestina tewas ketika pasukan Israel diduga melepaskan tembakan saat kerumunan warga sipil tengah menunggu bantuan kemanusiaan di wilayah Al-Mawasi, dekat Rafah, selatan Gaza.
Berdasarkan laporan medis dari Rumah Sakit Lapangan Kuwait, belasan korban tewas akibat tembakan langsung dan puluhan lainnya mengalami luka serius.
Insiden ini menyulut kecaman internasional, memperkuat urgensi penyelesaian konflik yang sudah menewaskan lebih dari 37.000 warga Palestina sejak Oktober 2023.
Analisis Strategis Lokasi dan Waktu Serangan
Wilayah Al-Mawasi: Zona Aman yang Gagal
Al-Mawasi secara de jure telah ditetapkan Israel sebagai “zona kemanusiaan”, tempat pengungsi dapat berlindung dari konflik.
Namun, fakta di lapangan memperlihatkan sebaliknya. Kawasan ini tidak hanya mengalami serangan artileri, tetapi juga kurang dilengkapi infrastruktur dasar untuk menunjang kehidupan pengungsi.
Para ahli hukum humaniter internasional menilai bahwa status "zona aman" menjadi tidak berarti ketika tidak disertai perlindungan nyata di lapangan.
Jika benar warga sipil ditembak saat mengantre bantuan, maka ini menjadi pelanggaran terhadap prinsip proporsionalitas dan perlindungan sipil dalam hukum perang, khususnya Konvensi Jenewa 1949.
Jam Malam dan Kondisi Kemanusiaan yang Memburuk
Insiden penembakan terjadi menjelang malam hari. Situasi ini patut dicermati karena sebagian besar distribusi bantuan memang dilakukan menjelang malam, mengingat siang hari terlalu berisiko akibat serangan udara dan kurangnya logistik.
Antrean panjang yang terjadi di tengah kelangkaan pangan, obat-obatan, dan air bersih membuat warga tidak punya pilihan lain selain mengambil risiko nyawa demi kebutuhan dasar.
Serangan terhadap warga sipil yang tengah menunggu bantuan, menurut hukum internasional, dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang jika terbukti disengaja dan tanpa pembenaran militer yang sah.
Respons Internasional dan Dinamika Diplomasi
Minimnya Akses Lintas Perbatasan
Organisasi internasional termasuk PBB dan WHO telah berulang kali menyuarakan kekhawatiran terhadap terbatasnya akses ke Gaza selatan, terutama setelah penutupan sebagian besar titik masuk bantuan seperti Rafah dan Kerem Shalom.
Insiden pada 18 Juni ini menambah daftar panjang kegagalan dalam menjamin koridor kemanusiaan yang aman.
Desakan Penyelidikan Independen
Koordinator bantuan PBB dan berbagai LSM global mendesak penyelidikan independen atas insiden tersebut. Hal ini penting untuk menegakkan akuntabilitas dan mencegah pengulangan insiden serupa.
Penyelidikan semacam ini harus melibatkan aktor-aktor independen dan netral, serta mengacu pada dokumentasi video, saksi mata, dan data medis dari rumah sakit lokal.
Tinjauan Pakar: Pelanggaran Etika Militer dan Humaniter
Sebagai pakar hukum konflik bersenjata dan etika militer, saya melihat pola pelanggaran yang konsisten dalam insiden-insiden semacam ini.
Penembakan terhadap kerumunan sipil tanpa peringatan atau upaya pembeda yang jelas antara kombatan dan non-kombatan mencerminkan pelanggaran mendasar terhadap prinsip-prinsip hukum humaniter.
Penempatan warga sipil di tengah konflik aktif tanpa perlindungan logistik dan keamanan memadai menunjukkan kegagalan kolektif dari komunitas internasional untuk melindungi hak asasi manusia paling dasar: hak untuk hidup dan bertahan.
Solusi dan Rekomendasi Strategis
-
Peningkatan Akses Bantuan: Jalur distribusi bantuan harus dibuka melalui mekanisme yang dijamin oleh perjanjian internasional dan diawasi langsung oleh pihak ketiga yang netral.
-
Zona Aman yang Terverifikasi: Harus ada zona aman yang benar-benar steril dari aktivitas militer, diverifikasi oleh lembaga internasional seperti ICRC.
-
Penegakan Akuntabilitas: Pelaku yang bertanggung jawab atas insiden semacam ini harus dibawa ke Mahkamah Pidana Internasional bila terbukti melanggar hukum perang.
Kampanye Diplomatik Global: Negara-negara berpengaruh seperti AS, Uni Eropa, dan negara-negara Arab harus menekan semua pihak untuk melakukan gencatan senjata dan membuka dialog damai.
Gaza dalam Bayang-Bayang Keputusasaan
Insiden penembakan terhadap 21 warga sipil yang tengah menunggu bantuan di Gaza bukan sekadar statistik. Ini adalah simbol kegagalan global dalam melindungi kehidupan manusia di tengah konflik bersenjata.
Jika dunia terus abai, maka tragedi kemanusiaan di Gaza hanya akan menjadi pengulangan sejarah yang kelam. Kita tidak lagi bisa bersikap netral saat nyawa manusia menjadi collateral damage dalam konflik geopolitik yang tak berkesudahan.

