Iran Ancam Tutup Selat Hormuz, Trump Serukan Peningkatan Produksi Minyak Massal

 

Trump Serukan Peningkatan Produksi Minyak Massal

Dari Serangan hingga Ancaman Hormuz

Ketegangan geopolitik kembali meningkat setelah serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran. Merespons hal tersebut, parlemen Iran menyetujui opsi penutupan Selat Hormuz jalur penting bagi perdagangan minyak dunia. 

Mantan Presiden AS Donald Trump pun angkat suara dengan menyerukan peningkatan produksi minyak nasional secara besar-besaran.

Pemerintah AS meluncurkan serangan udara ke tiga lokasi nuklir strategis di Iran. Langkah ini memicu reaksi keras dari Teheran. Parlemen Iran secara resmi menyetujui rencana penutupan Selat Hormuz, namun keputusan akhir akan ditentukan oleh Dewan Keamanan Nasional Iran.

Selat Hormuz adalah jalur sempit yang menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman dan menjadi salah satu titik chokepoint energi global. 

Setiap harinya, sekitar 20 juta barel minyak mentah melintasi jalur ini menyumbang lebih dari 20 persen konsumsi minyak dunia. Oleh karena itu, setiap ancaman terhadap akses di selat ini berpotensi mengguncang kestabilan pasar energi internasional.

Dampak Potensial Penutupan: Lonjakan Harga dan Risiko Inflasi

Ancaman penutupan Selat Hormuz telah cukup mengguncang pasar. Harga minyak mentah Brent sempat melonjak ke kisaran US$81 per barel, sebelum kembali turun ke level US$76–77. Meskipun belum ada tindakan konkret dari Iran, pasar global telah bereaksi cepat terhadap eskalasi ini.

Bloomberg Economics memperkirakan, apabila penutupan benar-benar terjadi, harga minyak bisa melonjak hingga US$130 per barel. Sementara itu, Goldman Sachs memperkirakan harga bisa menembus US$100 per barel, tergantung tingkat gangguan terhadap distribusi global.

Kondisi ini memperbesar risiko inflasi global. Indeks saham AS seperti Dow Jones dan S&P 500 sempat terkoreksi sebelum kembali menguat, didorong oleh pernyataan Trump yang berupaya menenangkan pasar dengan memastikan harga minyak tetap stabil.

Respons AS: “Drill, Baby, Drill” Peningkatan Produksi Domestik

Trump menanggapi ancaman Iran dengan dua strategi utama. Pertama, ia menginstruksikan agar harga minyak tetap dikendalikan. Kedua, ia memerintahkan agar produksi minyak dan gas dalam negeri ditingkatkan secara besar-besaran. 

Pernyataan “Bore, baby, bore! And I mean NOW!” yang diunggah di platform media sosial menjadi simbol dorongan eksplorasi besar-besaran.

Menteri Energi AS menyatakan bahwa peningkatan kapasitas produksi telah mulai dilakukan. Namun, dengan cadangan strategis hanya sekitar 400 juta barel sekitar 50% dari kapasitas maksimum AS memiliki ruang manuver terbatas jika pasokan minyak global terganggu secara signifikan.

Perspektif Pakar: Risiko Global dan Pentingnya Diversifikasi

Sebagai pakar energi dan geopolitik, saya melihat beberapa risiko utama dan langkah mitigasi yang perlu segera diterapkan:

Risiko Ekonomi Iran Sendiri

Iran tentu memahami bahwa langkah penutupan Selat Hormuz juga akan berdampak langsung terhadap perekonomiannya. Negara ini sangat bergantung pada ekspor minyak, yang sebagian besar juga melewati selat tersebut. Jadi, penutupan total akan melukai kepentingan Iran sendiri.

Posisi China dan Negara Konsumen Lain

China merupakan salah satu importir utama minyak Iran. Ketergantungan yang tinggi membuat negara tersebut sangat berkepentingan menjaga kelancaran distribusi energi dari kawasan Teluk. 

Beberapa kalangan di Amerika bahkan mendorong China untuk turut menekan Iran agar tidak meneruskan rencana ekstrem tersebut.

Urgensi Diversifikasi Energi

Situasi ini kembali menggarisbawahi pentingnya diversifikasi sumber energi. Ketergantungan global terhadap minyak dari Teluk Persia merupakan titik lemah strategis. Transisi ke energi terbarukan serta pengembangan LNG harus dipercepat untuk memperkuat ketahanan energi global.

Strategi Produksi dan Cadangan

Dalam jangka pendek, AS masih dapat memanfaatkan cadangan strategis dan meningkatkan produksi shale oil. 

Namun strategi ini bukan solusi permanen. Diperlukan investasi jangka panjang dan kebijakan harga yang stabil untuk memastikan pasokan yang aman dan berkelanjutan.

Arah Diplomasi Menentukan

Sampai saat ini, penutupan Selat Hormuz masih berada pada level ancaman. Namun, dampaknya terhadap pasar sudah terasa. Pemerintah dan pelaku pasar perlu mencermati beberapa faktor penting ke depan:

  • Apakah Dewan Keamanan Nasional Iran benar-benar akan memutuskan penutupan selat?

  • Bagaimana respons diplomatik dari negara-negara konsumen seperti China, India, dan negara-negara Uni Eropa?

  • Seberapa besar pengaruh langkah Trump terhadap stabilitas harga dan produksi energi AS?

Dunia kini berada dalam posisi menunggu. Diplomasi dan strategi energi nasional akan menjadi faktor penentu dalam menjaga kestabilan harga energi global di tengah ketegangan yang meningkat.

Lebih baru Lebih lama

ads

Berita Amanah dan Terpeercaya

ads

Berita Amanah dan Terpeercaya
Berita Amanah dan Terpeercaya

نموذج الاتصال