Persahabatan Berujung Diplomasi Intens
Pada Jumat, 27 Juni 2025, Presiden Indonesia Prabowo Subianto menyambut ramah Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, di Istana Merdeka, Jakarta. Acara ini bukan sekadar urusan protokoler, melainkan perwujudan persahabatan yang sudah bertahan puluhan tahun dan menjadi pondasi kuat bagi hubungan bilateral.
Prabowo menyatakan, kunjungan ini bukan simbolis semata. “Pak Anwar bukan hanya sahabat saya, tapi sahabat seluruh rakyat Indonesia,” tegasnya. Senyum hangat dan jabat tangan yang bersahaja menjadi cerminan komunikasi politik yang lebih dari sekadar formalitas.
Isu Global hingga Persoalan Perbatasan Dibahas Tuntas
Tak lama setelah kedatangan, keduanya memasuki ruang pertemuan untuk membahas isu bilateral dan regional. Mulai dari kerja sama pendidikan, ekonomi, kebudayaan, hingga sengketa perbatasan—khususnya blok Ambalat di Sulawesi—mengisi agenda pertemuan.
“Kita sepakat percepat kerja sama dan selesaikan teknis secara komprehensif," ujar Prabowo. Salah satu usul konkret: pengelolaan bersama Ambalat sambil menunggu jalan hukum yang bisa memakan waktu bertahun-tahun.
Solidaritas ASEAN & Harapan Perdamaian di Timur Tengah
Selain isu domestik, keduanya menyentuh konflik Israel–Iran dan Palestina—dua negara serumpun sepakat menempuh jalur damai dan dua-negara (two-state solution). Prabowo menyatakan dukungan terhadap gencatan senjata, sedangkan Anwar mengutuk tindakan Israel dan menyebutnya sebagai “genosida”.
Anwar juga memberi apresiasi terhadap hak Iran membela diri, selagi mendukung agenda damai untuk seluruh kawasan Timur Tengah.
Lika-Liku Karier Politik Sebagai Ikatan Emosional
Kedekatan Prabowo dan Anwar bukan sekadar retorika—melainkan diikat oleh pengalaman politik yang sulit dan penuh liku. Pada 1998, Prabowo diberhentikan dari militer, sementara Anwar digulingkan dari jabatan dan dipenjara atas tuduhan politik.
Proses bangkit kembali menjadikan mereka simbol ketangguhan. Prabowo melanjutkan karier politiknya, sementara Anwar akhirnya terpilih menjadi PM Malaysia pada 2022. Jejak sejarah tersebut justru memperkuat persahabatan mereka dan menambah bobot diplomasi antar negara.
Momentum Emas untuk Generasi Muda ASEAN
Lebih dari sekadar urusan elite politik, pertemuan ini punya makna penting bagi generasi muda kedua negara. Mereka bersinergi membuka peluang kolaborasi di sektor ekonomi, ketahanan pangan, dan perlindungan pekerja migran.
Diplomasi informal—seperti makan bersama atau silaturahmi tanpa protokol—diharapkan melahirkan solusi nyata yang lebih cepat diterapkan, tanpa hambatan birokrasi. Anak-anak kini bisa melihat contoh kepemimpinan yang kolaboratif dan visioner.
Langkah Berikutnya: Konsultasi Tahunan & Agenda Regional
Pertemuan ini hanyalah pembuka dari serangkaian agenda strategis: konsultasi tahunan Indonesia–Malaysia dijadwalkan pada akhir tahun, sementara ASEAN tengah mempersiapkan diri menghadapi pertemuan penting seperti KTT ASEAN–GCC dan KTT ASEAN–China yang akan datang.
Diharapkan kebijakan yang dibahas kini akan membuahkan hasil dalam 2–3 tahun mendatang dalam bentuk proyek konkret, bukan sekadar retorika politik.

