Polres Cianjur mengungkapkan hasil uji laboratorium pada wadah makanan program MBG. Ditemukan bakteri Staphylococcus sp, Escherichia coli, dan Salmonella sp dalam ompreng plastik. Namun, penyebab pasti keracunan massal masih menunggu hasil uji sampel makanan dan muntahan.
Kasatreskrim Polres Cianjur, AKP Tono Listianto, menjelaskan bahwa dua sampel diuji di laboratorium. Wadah makanan diuji di Labkesda Cianjur, sedangkan makanan dan muntahan di Labkesda Jawa Barat. Hasil uji pada wadah menunjukkan adanya bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan keracunan.
Meski demikian, pihak kepolisian belum dapat menyimpulkan bahwa bakteri pada wadah adalah penyebab utama. Mereka menunggu hasil uji laboratorium lainnya untuk memastikan sumber keracunan. Penyelidikan terus berlanjut untuk mengungkap fakta sebenarnya di balik insiden ini.
Langkah Penyelidikan dan Evaluasi Program MBG
Hingga kini, sebanyak 30 saksi telah diperiksa terkait kasus keracunan massal di Cianjur. Mereka berasal dari pihak sekolah, Dinas Kesehatan, dan Laboratorium Kesehatan Daerah setempat. Pemeriksaan juga mencakup tim dari Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Cianjur.
Polisi menyatakan belum ada tersangka yang ditetapkan dalam kasus ini. Mereka fokus pada pengumpulan bukti dan hasil uji laboratorium untuk menentukan penyebab pasti. Pemeriksaan terhadap ahli kesehatan dan dokter yang merawat korban juga akan dilakukan.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, meminta penyelenggara program MBG untuk lebih berhati-hati. Ia menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang. Program MBG sementara dihentikan di sekolah-sekolah terdampak hingga investigasi selesai.
Peringatan Ahli dan Standar Keamanan Pangan
Ahli gizi masyarakat, Tan Shot Yen, menekankan pentingnya standar keamanan pangan dalam program MBG. Ia menyarankan penerapan prinsip Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) secara ketat. Standar ini fokus pada pencegahan bahaya sejak tahap produksi hingga konsumsi.
Tan mengingatkan bahwa pengelolaan makanan yang tidak sesuai standar dapat membahayakan kesehatan anak-anak. Ia menyoroti pentingnya menjaga suhu makanan, kebersihan, dan penggunaan bahan kemasan yang aman. Makanan harus segera dikonsumsi dalam waktu dua jam setelah dimasak untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
Kasus keracunan di Cianjur bukan yang pertama dalam program MBG. Sebelumnya, insiden serupa terjadi di beberapa daerah lain, menunjukkan perlunya evaluasi menyeluruh. Pemerintah diharapkan mengambil langkah tegas untuk memastikan keamanan program ini ke depannya.

