Fenomena Politik Baru di New York
Zohran Mamdani, anggota New York State Assembly, menarik perhatian luas setelah mengalahkan mantan Gubernur Andrew Cuomo dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat untuk posisi calon wali kota New York City.
Identitasnya sebagai seorang Muslim keturunan India-Uganda serta posisi politiknya yang secara terang-terangan pro-Palestina menjadikan kemenangannya sebagai simbol arah baru dalam dinamika politik perkotaan di Amerika Serikat.
Latar Belakang dan Awal Perjalanan
Lahir dan Tumbuh: Dari Uganda ke Queens
Lahir di Kampala, Uganda pada tahun 1991, Mamdani pindah ke New York pada usia tujuh tahun. Ia adalah putra dari akademisi ternama Mahmood Mamdani dan sutradara film terkenal Mira Nair. Ia menempuh pendidikan di Bronx High School of Science dan kemudian kuliah di Bowdoin College.
Di masa kuliahnya, ia mendirikan kelompok “Students for Justice in Palestine”, menunjukkan komitmen awalnya terhadap isu-isu global dan hak asasi manusia.
Karier Sosial Awal
Sebelum terjun ke dunia politik, Mamdani bekerja membantu warga berpenghasilan rendah menghadapi ancaman penggusuran.
Pengalaman inilah yang membentuk pendekatannya dalam kebijakan publik, dengan penekanan kuat pada keadilan sosial dan kebutuhan komunitas akar rumput. Ia terpilih sebagai anggota Assembly untuk distrik ke-36 New York pada tahun 2020.
Kampanye Progresif Menuju Balai Kota
Strategi Mobilisasi Akar Rumput
Mamdani mengusung pendekatan kampanye akar rumput yang mengandalkan donasi kecil, relawan komunitas, dan penyebaran konten viral di media sosial. Ia berhasil meraih dukungan kuat dari generasi muda dan kalangan progresif yang lelah dengan politik tradisional yang dianggap stagnan dan elitis.
Agenda Kebijakan
Ia mengusulkan kebijakan progresif seperti pembekuan sewa bagi pemilik properti berpenghasilan tinggi, penghapusan tarif transportasi umum, subsidi penuh untuk layanan penitipan anak, dan pembentukan supermarket milik kota.
Mamdani juga menyerukan kenaikan pajak untuk warga kota superkaya sebagai sumber pembiayaan program publik.
Sikap Tegas terhadap Isu Palestina
Penolakan terhadap Kebijakan Pro-Israel Tradisional
Mamdani dikenal sebagai salah satu tokoh legislatif paling vokal dalam mendukung Palestina.
Ia menolak resolusi yang mendukung Israel secara sepihak, dan memperkenalkan RUU untuk menghentikan pendanaan lembaga-lembaga yang terlibat dalam pembangunan pemukiman ilegal di Tepi Barat. Ia bahkan sempat ditangkap dalam aksi protes mendesak gencatan senjata di Gaza.
Dukungan Basis Progresif
Sikap Mamdani terhadap konflik Palestina-Israel mendapatkan dukungan dari pemilih progresif yang menginginkan pendekatan politik luar negeri yang lebih beretika. Baginya, keadilan internasional adalah bagian integral dari keadilan sosial domestik.
Sikap ini membedakannya dari banyak kandidat lain yang bersikap kompromistis atau diam terhadap konflik tersebut.
Reaksi dan Tantangan Politik
Serangan dari Kubu Konservatif
Kemenangannya memicu reaksi keras dari pihak konservatif. Mantan Presiden Donald Trump menyebutnya “komunis gila”, dan beberapa pihak ekstrem kanan mempertanyakan loyalitas dan kewarganegaraannya.
Tuduhan provokatif, termasuk klaim bahwa ia mendukung slogan “Globalize the Intifada”, turut mewarnai pemberitaan media sayap kanan.
Respon Komunitas Yahudi dan Antaragama
Walaupun beberapa kelompok Yahudi progresif mendukung Mamdani, sebagian lainnya menyatakan kekhawatiran terhadap retorika yang dinilai terlalu tajam.
Namun, sejumlah tokoh, termasuk anggota kongres Yahudi, menyatakan pentingnya menghentikan narasi Islamofobia dan mempertahankan ruang dialog antaragama.
Masa Depan Demokrat dan Politik Kota
Simbol Perubahan Struktural
Mamdani mewakili pergeseran ideologis dalam Partai Demokrat, dari dominasi elit ke arah mobilisasi rakyat akar rumput. Pendekatannya menggambarkan bangkitnya kekuatan baru dalam politik perkotaan yang menuntut transparansi, partisipasi komunitas, dan keadilan struktural.
Tren Global Kota Progresif
Kebangkitannya mencerminkan tren global di mana kota-kota besar menjadi benteng nilai-nilai multikultural dan progresif, mirip dengan pemimpin seperti Sadiq Khan di London atau Anne Hidalgo di Paris.
Jika memenangkan pemilihan November nanti, Mamdani akan menjadi wali kota Muslim pertama di New York dan simbol global dari keberagaman politik perkotaan.

