Kemunculan Isu: Peringatan Paus terhadap AI
Dalam pesan resmi yang disampaikan dari Vatikan pada akhir Juni 2025, Paus Leo XIV memberikan peringatan keras terkait dampak kecerdasan buatan (AI) terhadap perkembangan generasi muda.
Paus asal Amerika Serikat ini menggarisbawahi kekhawatiran akan risiko intelektual, neurologis, dan spiritual akibat interaksi yang terlalu dini dan intensif antara anak-anak dengan sistem berbasis AI.
Paus menekankan bahwa teknologi tidak boleh menggantikan peran fundamental manusia. AI harus menjadi alat bantu, bukan aktor utama yang mengambil alih fungsi manusia dalam berpikir, mencipta, dan berelasi.
AI: Alat atau Ancaman?
Paus Leo XIV menegaskan bahwa "memori statis" milik mesin tidak bisa menggantikan "memori hidup" manusia yang terbentuk dari pengalaman, interaksi sosial, dan refleksi personal. Menurutnya, AI tidak memiliki kapasitas spiritual atau emosi. Mesin tidak bisa memahami konteks moral atau etika secara utuh.
Teknologi boleh berkembang, tetapi jika tidak dikendalikan, akan ada konsekuensi jangka panjang yang sangat serius bagi nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, manusia harus tetap menjadi pusat dan kompas dari kemajuan teknologi tersebut.
Dampak terhadap Generasi Muda
1. Perkembangan Otak dan Kognitif
Paus menyampaikan bahwa anak-anak yang terlalu cepat diperkenalkan pada AI berisiko mengalami gangguan dalam perkembangan kognitif. Paparan informasi yang serba instan dan berbasis algoritma dapat menghambat kemampuan berpikir kritis dan reflektif.
Bukan hanya akses informasi yang menjadi masalah, tetapi juga bagaimana informasi itu diproses, ditafsirkan, dan dijadikan dasar untuk membentuk identitas serta nilai diri.
2. Risiko Spiritual dan Moral
Paus juga menyoroti risiko yang muncul terhadap aspek spiritual dan nilai moral. Dalam masyarakat yang digerakkan oleh algoritma, relasi manusia bisa tergantikan oleh interaksi buatan. Hal ini berpotensi melemahkan empati, integritas, dan nilai solidaritas antarmanusia.
Jika manusia mulai kehilangan arah etika dalam penggunaan teknologi, maka kita bukan lagi memanusiakan teknologi, tetapi membiarkan teknologi mendefinisikan kemanusiaan.
3. Kesempatan untuk Regulasi Global
Paus menyerukan perlunya tindakan global yang konkret dan sistematis. Ia mendorong politisi serta pemimpin dunia untuk terlibat dalam proses regulasi yang memastikan AI dikembangkan secara etis dan bertanggung jawab.
Ia juga mengingatkan bahwa nilai keadilan dan martabat manusia harus menjadi pondasi utama dalam kebijakan teknologi ke depan.
Respons Dunia dan Konteks Politik
Dukungan dari Pemimpin Dunia
Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, menyambut baik peringatan Paus. Ia menyatakan bahwa pemerintahannya akan memperkuat kerja sama global untuk menciptakan kebijakan AI yang melindungi kepentingan umat manusia.
Hal ini menunjukkan sinergi positif antara otoritas agama dan politik dalam membentuk kerangka etika yang kuat di tengah arus teknologi yang terus berkembang.
Kelanjutan Visi Kepausan
Paus Leo XIV tidak berdiri sendiri dalam narasi ini. Paus sebelumnya, Fransiskus, juga pernah menyerukan perlunya traktat internasional yang mengatur perkembangan teknologi. Paus Leo XIV melanjutkan tradisi ini dengan lebih tegas, menyatakan bahwa etika harus menjadi inti dari inovasi.
Dengan mengacu pada Paus Leo XIII yang dulu mengkritik revolusi industri demi perlindungan kaum pekerja, Paus Leo XIV mengangkat kembali pentingnya moralitas dalam setiap revolusi, termasuk revolusi digital.
Rekomendasi Praktis untuk Dunia Pendidikan dan Teknologi
A. Integrasi Etika dalam Kurikulum
Para pendidik dan pengembang teknologi perlu menyusun kurikulum berbasis etika digital. Hal ini penting agar anak-anak mampu menilai dan menggunakan AI dengan bijak, bukan hanya sekadar sebagai konsumen pasif teknologi.
B. Pembentukan Regulasi Internasional
Regulasi global sangat dibutuhkan untuk menentukan batas dan kerangka kerja AI yang tidak merugikan masyarakat luas. Pemerintah dan organisasi internasional harus bekerja sama mengawasi pengembangannya.
C. Mendorong Interaksi Sosial Nyata
Paus juga mengingatkan pentingnya membangun interaksi manusia secara langsung. Keluarga, guru, dan komunitas harus mengedepankan relasi interpersonal dalam proses tumbuh-kembang anak, tidak hanya bergantung pada media digital.
Jalan Tengah antara Teknologi dan Kemanusiaan
Paus Leo XIV tidak menolak teknologi, tetapi mengajak umat manusia untuk bertanya ulang: untuk siapa dan demi apa AI diciptakan? Dalam konteks ini, peringatan beliau menjadi penyeimbang narasi kemajuan yang kerap mengabaikan sisi kemanusiaan.
Sebagai seorang pakar subjek, saya memandang pernyataan Paus sebagai fondasi yang kokoh bagi dialog antara ilmu pengetahuan, etika, dan spiritualitas. Hanya dengan pendekatan yang menyeluruh, teknologi dapat berkembang tanpa kehilangan arah kemanusiaannya.

