Otoritas penerbangan China secara mendadak menolak kedatangan pesawat eksekutif milik Boeing Company. Pesawat tersebut membawa salah satu direktur utama Boeing yang tengah dalam kunjungan bisnis strategis. Tanpa penjelasan, kontrol lalu lintas udara China mengarahkan pesawat berputar kembali di perbatasan.
Kejadian itu memicu kekhawatiran internasional terhadap meningkatnya tensi politik antara dua kekuatan ekonomi. Pengamat menilai penolakan tersebut bukan tindakan biasa, melainkan sinyal kuat dari Beijing. Boeing sendiri menyatakan masih menyelidiki detail teknis dan diplomatik dari insiden mengejutkan ini.
Pesawat akhirnya mendarat darurat di bandara negara ketiga setelah kehilangan akses ke jalur udara China. Tidak ada korban dalam kejadian tersebut, namun dampaknya terasa langsung di dunia industri penerbangan. Pemerintah Amerika segera mengirim nota diplomatik untuk meminta klarifikasi dari otoritas China.
Pimpinan Boeing Bersuara, Desak Washington Ambil Sikap Tegas Terhadap China
CEO Boeing David Calhoun angkat bicara dan mendesak pemerintah AS memberi respons konkret atas kejadian. Menurutnya, penolakan terhadap pesawat eksekutif adalah bentuk pelecehan terhadap simbol industri nasional. Ia menyebut tindakan China sebagai peringatan terhadap eksistensi bisnis global Amerika Serikat.
Calhoun mengungkapkan kekhawatirannya pada dampak jangka panjang insiden terhadap kerja sama internasional. Ia menekankan bahwa dunia bisnis tidak bisa diperlakukan sebagai alat tawar-menawar geopolitik. Dalam pidatonya, ia juga menyebut pentingnya dukungan penuh dari pemerintahan Presiden Joe Biden.
Pernyataan Calhoun itu langsung menyulut perdebatan sengit di internal Kongres dan kalangan diplomatik Washington. Beberapa senator menyarankan sanksi terhadap industri penerbangan China sebagai langkah balasan. Hingga kini, respons resmi dari Beijing belum dikeluarkan secara terbuka kepada media internasional.
Hubungan AS-China Terancam, Ketegangan Dikhawatirkan Ganggu Ekonomi Global
Insiden ini memperburuk hubungan diplomatik antara dua negara yang sudah lama terlibat perang dagang. Ketegangan dalam sektor teknologi kini merambah ke industri penerbangan sipil, menambah ketidakpastian global. Pasar keuangan bereaksi cepat, saham Boeing turun tajam dalam waktu beberapa jam saja.
Analis menyebut kejadian tersebut sebagai titik balik dalam relasi ekonomi antara Beijing dan Washington. Apabila tak ditangani diplomatik, ketegangan ini bisa memicu rantai konflik lebih besar ke depan. Investor global mulai melakukan penyesuaian strategi untuk menghindari gejolak pasar lebih dalam.
Sejumlah negara mitra dagang kedua pihak menyatakan keprihatinan terhadap potensi krisis perdagangan lanjutan. Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa mengadakan pertemuan tertutup membahas dampak kemungkinan sanksi silang. Ketegangan yang berlarut-larut bisa merugikan bukan hanya dua negara, melainkan dunia internasional.

