Perubahan di Struktur Manajemen Chelsea
Chelsea kembali diguncang dengan mundurnya Chief Revenue Officer, Casper Stylsvig, pada Rabu (17/9/2025). Keputusan ini diambil setelah klub asal London Barat gagal mengamankan sponsor utama untuk musim ini. Kondisi tersebut menjadikan Chelsea sebagai satu-satunya tim dari “Big Six” tanpa mitra sponsor di bagian depan jersey.
Stylsvig sebenarnya bukan sosok baru dalam industri sepak bola. Sebelum bergabung dengan Chelsea pada November 2023, ia pernah menjabat di AC Milan dengan posisi serupa. Selain itu, rekam jejaknya mencakup tiga tahun bersama Fulham dan delapan tahun di Manchester United sebagai Direktur Sponsor Global, serta awal karier di Barcelona.
Namun, pengalaman panjang di klub besar Eropa itu tidak mampu membuahkan hasil di Stamford Bridge. Absennya sponsor utama membuat tekanan terhadap manajemen kian meningkat, terlebih di tengah sorotan publik terhadap strategi komersial klub. Situasi ini memicu pertanyaan besar tentang efektivitas pendekatan bisnis Chelsea di era modern.
Dampak Ketiadaan Sponsor Utama
Tidak adanya sponsor utama membawa konsekuensi serius bagi kesehatan finansial klub. Walau masih memperoleh pendapatan dari transfer pemain dan mitra pendukung, kehilangan kontrak sponsor bernilai besar berpotensi mengganggu kepatuhan terhadap Profit and Sustainability Rules (PSR). Aturan ini menuntut klub menjaga keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran.
Chelsea sebelumnya sempat mengadakan pembicaraan dengan berbagai calon sponsor. Salah satunya adalah Riyadh Air, maskapai baru asal Arab Saudi. Nilai kontrak yang ditawarkan mencapai 60–65 juta pound per musim. Sayangnya, kesepakatan itu tidak tercapai, dan Riyadh Air justru memilih menjadi sponsor Atletico Madrid.
Kegagalan ini memperlihatkan posisi tawar Chelsea yang menurun dalam pasar sponsor global. Ketidakmampuan mengamankan kesepakatan bernilai besar menimbulkan risiko jangka panjang, terutama ketika pesaing utama berhasil menjalin kontrak yang memperkuat stabilitas finansial mereka.
Riwayat Sponsor Chelsea dalam Beberapa Musim
Situasi sponsor kosong sebenarnya bukan pertama kali dialami Chelsea dalam era modern. Pada awal musim 2023/2024, jersey klub sempat polos sebelum akhirnya menandatangani kontrak dengan Infinite Athlete senilai 40 juta pound. Namun, kerja sama itu hanya bertahan satu musim dan tidak dilanjutkan.
Pada April 2025, Chelsea menjalin kesepakatan jangka pendek dengan perusahaan properti asal Dubai, Damac. Meski memberikan sedikit nafas segar, kontrak ini tidak cukup untuk menutupi kebutuhan finansial jangka panjang klub. Posisi mereka kembali rentan saat musim baru dimulai tanpa sponsor permanen.
Sejarah mencatat bahwa terakhir kali Chelsea bermain tanpa sponsor utama terjadi pada periode 1984 hingga 1986. Fakta ini menegaskan betapa gentingnya kondisi saat ini, mengingat konteks sepak bola modern jauh lebih menuntut dalam aspek komersial dibandingkan era 1980-an.
Tantangan Strategi Komersial ke Depan
Absennya sponsor utama bukan hanya soal kehilangan logo di bagian depan jersey. Situasi ini mencerminkan tantangan struktural dalam strategi komersial Chelsea. Klub dituntut untuk mengevaluasi pendekatan pemasaran agar mampu bersaing dengan rival di tingkat global.
Pengalaman Stylsvig yang luas di klub elite Eropa seharusnya menjadi modal penting, namun implementasi strategi di Chelsea tampak tidak sejalan dengan ekspektasi. Perubahan lanskap bisnis sepak bola, terutama meningkatnya minat perusahaan dari Timur Tengah dan Asia, menuntut strategi negosiasi yang lebih adaptif.
Jika Chelsea gagal berbenah, risiko finansial akan semakin besar, apalagi dalam konteks PSR yang ketat. Klub perlu segera mencari mitra strategis baru agar dapat menjaga stabilitas pendapatan, sekaligus mengembalikan posisi mereka sebagai salah satu magnet komersial terbesar di sepak bola dunia.
