Inggris Siap Akui Palestina Pasca Kunjungan Trump Berakhir Latar Belakang Rencana Pengakuan

 

Inggris Siap Akui Palestina Pasca Kunjungan Trump Berakhir Latar Belakang Rencana Pengakuan

Latar Belakang Rencana Pengakuan

Langkah Inggris untuk memberikan pengakuan resmi terhadap Palestina menjadi sorotan global menjelang akhir pekan ini. Keputusan tersebut disiapkan setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyelesaikan kunjungan kenegaraan di London. Waktu pengumuman dipertimbangkan agar isu ini tidak mengganggu dinamika diplomatik selama pertemuan resmi kedua negara.

Surat kabar The Times mengungkap bahwa Perdana Menteri Keir Starmer ingin mendahului negara-negara Barat lain dalam deklarasi ini. Rencana tersebut disusun agar Inggris menunjukkan kepemimpinan politik pada forum Majelis Umum PBB di New York. Strategi ini dipandang sebagai pernyataan jelas mengenai posisi London terhadap konflik panjang Israel–Palestina.

Meskipun belum ada konfirmasi langsung dari Kementerian Luar Negeri Inggris, laporan ini dianggap cukup kredibel. Pasalnya, sejak Juli lalu Starmer telah menyampaikan sinyal keras terkait kemungkinan pengakuan Palestina. Tekanan politik dari internal Partai Buruh semakin memperkuat arah kebijakan yang kini semakin dekat dengan realisasi.

Dinamika Politik Dalam Negeri Inggris

Keputusan Starmer tidak lepas dari tekanan internal partai yang menghendaki sikap lebih tegas terhadap Israel. Banyak anggota Partai Buruh menilai pengakuan Palestina harus segera diwujudkan sebagai bentuk konsistensi atas prinsip keadilan internasional. Dukungan politik ini mempersempit ruang kompromi bagi pemerintah untuk menunda keputusan.

Pemerintah Inggris sebelumnya mengedepankan prinsip “solusi dua negara” sebagai jalan keluar konflik Israel–Palestina. Namun dengan situasi Gaza yang semakin memburuk, pendekatan menunggu dinilai sudah tidak relevan. Kondisi lapangan dianggap mendesak sehingga pengakuan kini diposisikan sebagai instrumen diplomatik yang lebih efektif.

Bagi Starmer, langkah ini juga berfungsi mempertegas peran Inggris dalam peta diplomasi global. Jika berhasil, Inggris akan memperlihatkan kapasitasnya sebagai mediator yang mendorong penyelesaian konflik di Timur Tengah. Namun risiko politik domestik tetap ada, mengingat sebagian pihak menilai langkah ini berpotensi memperburuk hubungan bilateral dengan Israel.

Respons Amerika Serikat dan Israel

Pada awalnya, Trump pernah menyatakan tidak mempermasalahkan jika Inggris mengakui Palestina. Namun belakangan, Washington justru memperlihatkan sikap menolak keras terhadap langkah sekutu-sekutunya di Eropa. Penolakan ini menjadi sinyal bahwa hubungan trans-Atlantik berpotensi mengalami gesekan diplomatik.

Israel sendiri menilai rencana pengakuan hanya akan memperkuat posisi Hamas di Gaza. Tel Aviv menegaskan bahwa pengakuan prematur akan merugikan proses perdamaian yang selama ini diupayakan. Bagi Israel, tindakan semacam itu justru memperlemah negosiasi langsung yang dianggap lebih konstruktif.

Meskipun demikian, sejumlah negara Barat telah menyatakan niat serupa. Kanada, Australia, Prancis, dan Belgia termasuk dalam daftar negara yang sedang mempersiapkan pengakuan resmi terhadap Palestina. Situasi ini menunjukkan adanya perubahan tren geopolitik yang semakin mendukung legitimasi internasional bagi Palestina.

Implikasi Diplomatik Global

Jika Inggris benar-benar mengumumkan pengakuan Palestina, dampaknya akan signifikan di forum internasional. Pengakuan tersebut berpotensi memicu gelombang dukungan baru dari negara-negara lain, terutama di kawasan Eropa. Hal ini akan memperkuat posisi Palestina dalam diplomasi global, khususnya di PBB.

Bagi Inggris, kebijakan ini menjadi bagian dari upaya membangun reputasi sebagai kekuatan moral dan politik. London ingin menunjukkan bahwa kepemimpinannya tidak hanya berorientasi pada kepentingan pragmatis, tetapi juga pada nilai keadilan. Hal ini sejalan dengan tuntutan sebagian besar masyarakat internasional yang menginginkan perdamaian segera.

Namun, tidak dapat diabaikan bahwa langkah ini juga menyimpan risiko diplomatik. Hubungan Inggris dengan Israel kemungkinan mengalami ketegangan yang lebih tajam. Selain itu, ketidaksetujuan Amerika Serikat bisa memunculkan konsekuensi strategis bagi hubungan bilateral yang telah terjalin erat selama puluhan tahun.

Lebih baru Lebih lama

ads

Berita Amanah dan Terpeercaya

ads

Berita Amanah dan Terpeercaya
Berita Amanah dan Terpeercaya

نموذج الاتصال