Penegasan Kronologi Insiden
Pada Minggu siang, 20 Juli 2025, KM Barcelona V sedang berlayar dari Pelabuhan Melonguane (Kepulauan Talaud) menuju Pelabuhan Manado.
Kapal mengangkut sekitar 289 penumpang dan anak buah kapal (ABK) saat berlangsung kebakaran di perairan dekat Pulau Talise, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
Api menyala tiba-tiba sekitar pukul 13.50–14.00 WITA, dan dugaan sementara berasal dari kamar penumpang sebelum merembet ke area dek atas. Kepulan gelap membumbung dan memicu kepanikan massal. Banyak penumpang langsung meloncat ke laut untuk menyelamatkan diri.
Proses Evakuasi dan Penanganan Awal
Respons Pelaku Laut dan Tim SAR
Kapal nelayan yang berada di dekat lokasi segera memberikan pertolongan pertama kepada korban, sebelum tim SAR gabungan tiba. TNI mengerahkan empat Rigid Inflatable Boat (RIB), prajurit Kodiklatal yang sedang latihan, serta KRI Pari‑849 dan KAL Tedung Selar untuk mendukung upaya penyelamatan.
Evakuasi dilakukan di dua titik yakni Pelabuhan Munte dan Dermaga Bakamla di Serei. Hingga laporan terakhir, sebanyak 284 - 295 penumpang berhasil selamat dan dievakuasi, dengan lima orang meninggal dunia.
Identifikasi Korban Meninggal
Data Resmi dan Kondisi Korban
Dari lima korban tewas, tiga telah diidentifikasi berdasarkan data dari Bakamla dan TNI. Berikut identitas dan kondisi medis mereka:
-
Hugu Majuntu – menderita epilepsi dan sempat stroke.
-
Betrivia Malimbulun – ibu hamil usia 37–38 minggu, mengalami komplikasi.
-
Daniel Lena – wafat akibat serangan jantung inferior (STEMI).
Dua korban lainnya masih dalam proses identifikasi resmi.
Tindakan dan Santunan dari Jasa Raharja
Jasa Raharja bergerak cepat untuk memberikan ganti rugi sesuai peraturan. Santunan sebesar Rp 50 juta diberikan kepada ahli waris korban meninggal, sedangkan korban luka mendapat biaya perawatan hingga Rp 20 juta, serta biaya P3K dan ambulans.
Direktur Utama Jasa Raharja, Rubi Handojo, menyatakan tim telah berada di lokasi pelabuhan Manado dan Serei untuk melayani korban secara langsung.
Peran dan Koordinasi Instansi
Instansi seperti Bakamla, TNI, Kodiklatal, dan Jasa Raharja berkoordinasi intensif. Bakamla memastikan protokol penanganan korban dan evakuasi tuntas, sementara TNI mengkoordinasikan SAR maritim dan korban medis. Jasa Raharja menetapkan posko di Manado dan Likupang untuk memudahkan pelayanan santunan.
Pelajaran dari Insiden
Sebagai pakar keamanan maritim dan penanganan krisis, saya menyoroti beberapa aspek penting:
1. Keamanan Sistem Kelistrikan dan Pencegahan
Penyebab awal dari kamar penumpang menunjukkan potensi korsleting atau kegagalan instalasi listrik. Pemeriksaan dan standar sertifikasi sistem kelistrikan pada kapal penumpang harus ditingkatkan secara berkala.
2. Protokol Keselamatan dan Evakuasi Cepat
Penanggulangan kebakaran dan pelatihan kru penting untuk respons darurat. Latihan simulasi evakuasi penumpang, terutama pada jam puncak pelayaran, dapat mengurangi risiko korban.
3. Antar Lembaga dalam Penanganan Darurat
Koordinasi efektif antara instansi seperti TNI, Bakamla, dan SAR maritim terbukti menyelamatkan ratusan nyawa. Evaluasi komunikasi serta standar operasionalnya sangat krusial untuk kesiapsiagaan nasional.
4. Aspek Kesehatan Penumpang Rentan
Kematian akibat kondisi medis mendahului dampak kebakaran. Deteksi dini daftar penumpang berisiko (pasien epilepsi, jantung, ibu hamil) dan jalur evakuasi khusus perlu diintegrasikan dalam SOP pelayaran komersial.