Pakar Forensik Pastikan Juliana Marins Tewas Akibat Benturan Benda Keras, Bukan Hipotermia

 

Pakar Forensik Pastikan Juliana Marins Tewas Akibat Benturan Benda Keras, Bukan Hipotermia

Kematian Juliana Marins Bukan Disebabkan Oleh Suhu Dingin di Gunung Rinjani

Dokter forensik RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah, Ida Bagus Putu Alit, mengungkap temuan penting. Juliana Marins, wisatawan asal Brasil, dipastikan meninggal akibat trauma benda keras, bukan hipotermia. Hal ini dibuktikan dari ketiadaan tanda-tanda khas hipotermia seperti ujung jari berwarna kehitaman.

Meskipun suhu Gunung Rinjani tergolong dingin, penyebab kematian bukan karena paparan suhu ekstrem. Menurut Alit, korban mengalami luka parah akibat benturan benda keras dalam waktu yang singkat. Luka-luka tersebut menyebabkan kerusakan organ dalam serta pendarahan hebat di tubuh korban.

Juliana terjatuh ke jurang dan tubuhnya menghantam benda tumpul secara terus-menerus saat terjatuh. Ditemukan banyak luka lecet dan gesekan yang menyebar hampir ke seluruh bagian tubuh korban. Beberapa tulang juga patah, terutama bagian dada, punggung, dan paha akibat benturan keras.

Organ Dalam Rusak Berat, Tidak Ditemukan Tanda-Tanda Kematian Karena Hipotermia 

Salah satu bukti kuat yang mendukung bukan hipotermia ialah kondisi limpa korban masih normal. Biasanya, hipotermia menyebabkan organ seperti limpa menyusut akibat suhu dingin ekstrem. Namun dalam kasus ini, limpa tetap normal sehingga pendarahan diyakini terjadi secara cepat.

Alit menekankan bahwa kondisi tersebut menandakan kematian berlangsung dalam waktu sangat singkat. Pendarahan internal terjadi masif karena tulang-tulang yang patah menusuk organ vital di dalam tubuh. Ini memperkuat kesimpulan bahwa kematian disebabkan oleh trauma fisik, bukan perlahan seperti hipotermia.

Hal ini diperjelas lagi dengan hasil pemeriksaan lebih lanjut terhadap luka dan kondisi tubuh korban. Tidak ditemukan tanda-tanda luka lama atau tubuh membusuk seperti korban meninggal berhari-hari. Luka yang masih baru menunjukkan korban tewas tak lama setelah insiden terjatuh dari ketinggian.

Cedera Kepala Tidak Fatal, Waktu Kematian Dipastikan Singkat dan Segera 

Pemeriksaan menyeluruh juga dilakukan pada bagian kepala korban yang mengalami luka terbuka. Namun cedera tersebut tidak sampai menyebabkan herniasi otak seperti yang biasa ditemukan. Herniasi otak membutuhkan waktu berkembang beberapa jam hingga hari, dan ini tidak ditemukan.

Menurut Alit, luka di kepala tidak parah, serta tidak ada tekanan yang membahayakan otak korban. Demikian pula pada bagian dada dan perut, tidak ditemukan luka berat yang menyebabkan kematian. Fakta ini mendukung bahwa penyebab utama kematian adalah trauma akibat jatuh, bukan hipotermia.

Kondisi tubuh korban saat ditemukan tidak menunjukkan adanya proses pembusukan yang telah berlangsung lama. Luka-luka baru dan segar di sekujur tubuh memperkuat dugaan korban tewas segera setelah jatuh. Dengan hasil autopsi lengkap ini, penyebab kematian Juliana bisa dipastikan tanpa keraguan ilmiah.

Lebih baru Lebih lama

ads

Berita Amanah dan Terpeercaya

ads

Berita Amanah dan Terpeercaya
Berita Amanah dan Terpeercaya

نموذج الاتصال