Kejadian tragis mengguncang Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, saat seorang menantu nekat membacok kedua mertuanya. Seorang pria berinisial S alias Iman Pelaku yang berusia 39 tahun itu melakukan aksi brutal di kediaman korban. Saksi mata mengaku mendengar teriakan minta tolong sebelum melihat darah menggenangi lantai.
Kedua korban yang merupakan pasangan suami-istri langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat dengan luka serius. Menurut laporan polisi, pelaku menggunakan senjata tajam jenis arit yang biasa dipakai bertani. Motif utama pembacokan diduga kuat karena masalah penghinaan yang berlarut-larut.
Aparat kepolisian kini masih mendalami apakah ada faktor lain di balik penganiayaan sadis tersebut. Tetangga korban mengungkapkan bahwa pelaku sering kali terlibat cekcok dengan mertuanya. "Dia memang sering dihina soal pekerjaan dan dianggap tidak mampu," ujar seorang tetangga yang enggan disebutkan namanya.
Kronologi Pembacokan yang Menggemparkan Warga Setempat
Aksi pembacokan terjadi sekitar pukul 18.45 WITA saat seluruh anggota keluarga sedang terlelap. Pelaku yang sebelumnya tinggal satu atap dengan korban tiba-tiba mengamuk tanpa aba-aba. Korban pertama yang merupakan mertua perempuan Kamalia mendapat bacokan di bagian leher dan punggung. Sementara suaminya Samsudin berusaha melawan namun mengalami luka parah di tangan dan kepala.
Anak korban yang mendengar keributan langsung menghubungi pihak berwajib untuk meminta bantuan. "Kami kaget karena selama ini tidak ada tanda-tanda akan terjadi kekerasan seperti ini," kata salah satu anggota keluarga. Polisi yang tiba di lokasi langsung menangkap pelaku yang masih berada di tempat kejadian.
Barang bukti yang berhasil diamankan antara lain arit berlumuran darah dan baju pelaku yang robek. Kapolsek setempat menyatakan bahwa pelaku sedang menjalani pemeriksaan intensif. "Kami akan mengungkap semua alasan di balik tindakan keji ini," tegasnya dalam konferensi pers singkat.
Motif Emosional dan Reaksi Masyarakat yang Terbelah
Pelaku mengaku kesal karena sering mendapat hinaan dari mertuanya mengenai status ekonominya. "Saya sudah lelah disebut tidak berguna dan hanya jadi beban keluarga," ujarnya saat diperiksa. Namun, sebagian warga menilai alasan tersebut tidak bisa membenarkan tindak kekerasan.
Keluarga korban justru menyangkal adanya penghinaan sistematis terhadap pelaku. "Kami hanya memberi nasihat agar dia lebih giat bekerja," bantah salah satu kerabat dekat. Kasus ini memicu perdebatan di media sosial antara yang pro dan kontra terhadap sikap pelaku.
Psikolog forensik yang dikonfirmasi media menyebut pelaku mungkin mengalami tekanan psikologis berkepanjangan. "Akumulasi emosi negatif bisa meledak menjadi agresi fisik jika tidak dikelola baik," jelasnya. Polisi berjanji menyelesaikan penyelidikan dalam waktu dekat untuk menyerahkan berkas ke kejaksaan.

