Latar Belakang Konflik
Amerika Serikat melalui Utusan Khusus untuk Suriah dan Duta Besarnya untuk Turki, Tom Barrack, secara tegas memperingatkan Hizbullah agar tidak ikut campur dalam konflik yang sedang berlangsung antara Iran dan Israel.
Pernyataan itu disampaikan saat Barrack berkunjung ke Beirut pada Jumat, 20 Juni 2025, didampingi pejabat tinggi Lebanon, termasuk Ketua Parlemen Nabih Berri.
Peringatan Barrack datang atas nama Presiden AS, menyebut bahwa keterlibatan Hizbullah akan menjadi “keputusan yang sangat, sangat buruk”. Ini mencerminkan keprihatinan Washington terhadap eskalasi regional yang dapat memperluas konflik di Timur Tengah.
Sikap Hizbullah
Pernyataan Naim Qassem
Sebagai tokoh sentral, Naim Qassem Wakil Pemimpin Hizbullah menyatakan bahwa kelompoknya tidak akan bersikap pasif.
Ia menegaskan Hizbullah “tidak netral” dalam konflik tersebut dan akan “bertindak sesuai yang kami anggap tepat” untuk merespons apa yang dia sebut sebagai “agresi brutal Israel-Amerika”.
Qassem menilai, Amerika adalah “tiran” dan Israel adalah “pelaku kriminal” yang tidak akan mampu menaklukkan rakyat Iran atau Korps Garda Revolusi Iran. Pernyataan ini menggambarkan komitmen Hizbullah dalam solidaritas terhadap Teheran.
Analisis Strategis
Dimensi Geopolitik
Sebagai penguasa jaringan militer dan politik di Lebanon, Hizbullah telah lama beraliansi dengan Iran. Keterlibatan langsung dalam konflik dapat memicu konfrontasi militer langsung dengan Israel dan membuka front baru dalam situasi perang saat ini.
Dampak Regional
Jika Hizbullah aktif menyerang dari Lebanon, ketegangan meluas kepada negara tetangga, seperti Lebanon dan Suriah. Ini secara langsung menantang stabilitas kawasan dan dapat memperdalam keterlibatan militer AS dan sekutunya.
Pengaruh Internasional
Amerika Serikat tengah meningkatkan pengawasan dan penguatan militernya di kawasan, memperlihatkan siap untuk mendukung Israel dalam skenario yang lebih besar. Ini membuat tekanan bagi Hizbullah untuk meninjau kembali implikasi serangan terbuka.
Respons dan Implikasi
Respons Washington
Tom Barrack menyampaikan kepada pejabat Lebanon bahwa jika Hizbullah campur tangan, AS akan mempertimbangkan langkah lebih tegas, kemungkinan berupa dukungan langsung militer bagi Israel.
Pernyataan Resmi Lebanon
Setelah pertemuan dengan Barrack, Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam menegaskan bahwa Lebanon ingin menjaga keamanan dan stabilitas serta menolak terlibat dalam perang regional. Ini menjadi titik keseimbangan antara tekanan AS dan tekanan internal dari Hizbullah.
Ancaman Titik Panas Baru
Israel dan Rudal Iran
Sejak awal konflik, Iran telah melancarkan serangan rudal sebagai balasan atas serangan udara Israel terhadap fasilitas militer dan nuklir Teheran. Israel sendiri merespons dengan menargetkan komandan dan infrastruktur militer Hizbullah di Lebanon.
Zona Perang yang Meluas
Jika Hizbullah turun tangan langsung, Lebanon berpotensi menjadi medan perang baru bersama Israel. Wilayah Suriah juga bisa terdampak, mengingat keberadaan pangkalan Hizbullah dan arus senjata yang mengalir melalui perbatasan.
Langkah terbaik bagi Beirut adalah menjaga kontrol wilayah Lebanon dari eskalasi, sementara Hizbullah harus berhitung matang antara solidaritas ideologisnya dengan Iran dan implikasi perang terbuka.
Jika Hizbullah memilih intervensi, kita mungkin memasuki fase konflik yang jauh lebih berbahaya di Timur Tengah.

