Pataka Baru Korlantas Polri, Simbol Identitas dan Penguatan Nilai Pengabdian

 

Pataka Baru Korlantas Polri, Simbol Identitas dan Penguatan Nilai Pengabdian

Upacara Pemuliaan Pataka sebagai Tradisi Penuh Makna

Upacara pemuliaan Pataka Korps Lalu Lintas Polri digelar dengan suasana penuh khidmat. Kegiatan ini berlangsung di Aula UE Madellu pada Kamis, 18 September 2025, dipimpin langsung oleh Kakorlantas Polri Irjen Pol Agus Suryonugroho. Seremonial tersebut bukan sekadar prosesi simbolik, melainkan wujud penghormatan terhadap nilai luhur Tribrata dan Catur Prasetya.

Pataka yang dimuliakan merupakan tanda kesatuan dan jati diri Korps Lalu Lintas. Setiap detail dalam prosesi menunjukkan penghargaan terhadap sejarah panjang pengabdian Polantas. Sikap hormat dan kesungguhan para peserta upacara menegaskan bahwa simbol tersebut dipandang sakral.

Kegiatan ini juga menjadi bagian dari tradisi tahunan menjelang Hari Lalu Lintas Bhayangkara. Dengan melibatkan pejabat utama Korlantas, upacara menegaskan pentingnya pelestarian warisan nilai organisasi.

Perubahan Lambang, Penegasan Identitas Korps

Salah satu hal yang menonjol dari upacara kali ini adalah perubahan pada lambang Pataka. Tulisan “Polisi” yang sebelumnya tertera di lingkaran lalu lintas kini resmi diganti menjadi “Korps”. Pergantian kata tersebut memiliki makna penting, yakni penegasan identitas Lalu Lintas sebagai satu kesatuan khusus dalam tubuh Polri.

Perubahan sederhana itu sekaligus memperkuat posisi institusi lalu lintas di mata masyarakat. Identitas yang lebih jelas akan memudahkan Polantas dalam menanamkan kepercayaan publik terhadap peranannya. Hal ini selaras dengan perkembangan tugas Polantas yang semakin kompleks di era modern.

Lebih dari sekadar tampilan visual, perubahan lambang mencerminkan semangat pembaruan. Korlantas berupaya menunjukkan komitmen untuk terus berkembang tanpa meninggalkan jati diri sebagai pelindung dan pengayom di jalan raya.

Filosofi Dharmakerta Marga Raksyaka

Tulisan “Dharmakerta Marga Raksyaka” pada Pataka menjadi bagian penting yang mengandung filosofi mendalam. Kata tersebut mencerminkan tugas polisi lalu lintas yang dijalankan dengan tulus, ikhlas, dan penuh tanggung jawab. Dalam maknanya, polisi lalu lintas hadir sebagai pelindung, pengayom, serta pelayan bagi masyarakat pengguna jalan.

Kata “marga” yang berarti jalan memiliki penekanan khusus. Filosofi ini mengingatkan bahwa setiap pengabdian Polantas selalu bersinggungan langsung dengan kehidupan masyarakat di ruang jalan raya. Jalan menjadi sarana utama pelayanan publik yang menuntut disiplin, kesigapan, dan profesionalitas tinggi.

Makna filosofis inilah yang diingatkan kembali dalam setiap momentum upacara pemuliaan. Dengan memahami arti simbol, Polantas diharapkan selalu menempatkan nilai pengabdian di atas kepentingan pribadi maupun institusional.

Pesan Moral dari Kakorlantas Polri

Dalam sambutannya, Irjen Pol Agus Suryonugroho menegaskan bahwa Pataka tidak boleh dipandang hanya sebagai simbol semata. Ia menekankan pentingnya menghayati nilai yang terkandung di dalamnya pada setiap pelaksanaan tugas sehari-hari. Sikap ini dinilai krusial agar pesan moral dari simbol benar-benar terwujud dalam praktik pelayanan publik.

Pataka mengandung pesan integritas yang harus selalu diingat oleh setiap personel. Melalui kesadaran akan simbol, diharapkan Polantas mampu menjaga konsistensi profesionalitas dalam menghadapi berbagai tantangan lalu lintas. Hal ini penting mengingat dinamika transportasi modern menuntut kinerja yang adaptif.

Pernyataan tersebut sekaligus menjadi pengingat bagi jajaran Korlantas bahwa simbol adalah pengikat moral kolektif. Dengan demikian, setiap tindakan aparat lalu lintas memiliki landasan etika yang jelas dan terarah.

Momentum Menyongsong Usia ke-70 Polantas

Upacara ini juga menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Lalu Lintas Bhayangkara ke-70 yang jatuh pada 22 September 2025. Tema yang diusung tahun ini adalah “Lalu Lintas Modern yang Berkeselamatan Menuju Asta Cita Indonesia Emas.” Tema ini menunjukkan orientasi Korlantas untuk mendukung visi besar pembangunan nasional. 

Perjalanan panjang sejak berdirinya Polantas pada 22 September 1955 menjadi refleksi penting. Setiap era membawa tantangan tersendiri, mulai dari pembangunan infrastruktur, peningkatan jumlah kendaraan, hingga transformasi digital transportasi. Namun, komitmen Polantas dalam memberikan pelayanan lalu lintas tetap konsisten.

Peringatan ke-70 bukan sekadar seremonial, melainkan momentum evaluasi dan inovasi. Dengan semangat modernisasi, Polantas bertekad meningkatkan kualitas pelayanan berbasis teknologi, tanpa meninggalkan nilai luhur yang diwariskan simbol Pataka.

Kehadiran Pejabat Utama Korlantas

Upacara pemuliaan Pataka turut dihadiri oleh pejabat utama Korlantas Polri. Di antaranya Brigjen Pol Prianto selaku Dirkamsel, Brigjen Pol Faizal sebagai Dirgakkum, serta Brigjen Pol Wibowo yang menjabat Direggident. Selain itu, Kabagops Korlantas Kombes Pol Aries Syahbudin dan para pejabat utama lainnya juga hadir.

Kehadiran para pimpinan ini menegaskan pentingnya kebersamaan dalam menghayati simbol Pataka. Kehadiran mereka juga menjadi bentuk dukungan penuh terhadap arahan Kakorlantas. Nilai kebersamaan ini diperlukan agar seluruh jajaran Korlantas memiliki persepsi dan komitmen yang sama.

Dengan kolaborasi pejabat utama dan seluruh personel, Korlantas Polri diharapkan semakin solid. Kesatuan visi inilah yang menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi berbagai dinamika lalu lintas di Indonesia.

Lebih baru Lebih lama

ads

Berita Amanah dan Terpeercaya

ads

Berita Amanah dan Terpeercaya
Berita Amanah dan Terpeercaya

نموذج الاتصال